Selasa, 21 Februari 2012

For you, sir!


Holla!

Kali ini Mimo kepengen bahas tentang dosen nih. Bagi yang udah atau sekarang lagi ngejalanin kuliah pasti punya kesan tersendiri sama dosen kan? Nah, Mimo punya cerita tentang dosen yang sangat Mimo kagumi.

Dosen ini termasuk orang yang sederhana  dan disiplin. Dia pria yang sudah terbilang lanjut usia, udah kepala delapan! Rambutnya saja sudah putih semua, tapi  dia masih sanggup ngajar. Bahkan tidak jarang dia menggunakan sepeda saat ke kampus. Aku suka sama perkuliahan yang di ajarkannya. Cara ngajarnya unik. Ntahlah, waktu terasa cepat kalau udah belajar sama  dosen satu itu. 

Ciri khas­-nya adalah accent minang nya itu. Cara dia manggil semua mahasiswanya, mulai dari ‘kau’, ‘mpuang’, dll. Mungkin bagi orang yang tidak kenal sm bapak itu pasti mengira kalau cara bapak ini kasar. Hanya saja saya sudah tertarik sama bapak ini, bahkan sebelum belajar dan bertemu langsung dengan orangnya. Ceritanya  dulu itu ada seorang dosen perempuan yang bercerita tentang bapak dosen yang asik itu. Sejak itu aku selalu penasaran seperti apa rasanya, dan akhirnya di semester selanjutnya aku di ajar oleh bapak itu.

Kenyataan ternyata berbanding terbalik dengan yang semua orang pikirkan. Di awal pertemuan semua orang dibikin tegang. Mereka bilang bapak itu dosen killer,tapi menurutku ga begitu. Aku yakin ada hal yang menarik di balik gaya pak dosen tersebut, dan benar saja setelah beberapa kali pertemuan semua yang belajar dengannya merasa enjoy

Aku terkadang membuat beberapa kesalahan saat belajar dengannya, dan dia selalu bilang “kau! Kalau kau salah lagi ku lempar kau keluar!’’ atau “mpuang, sudah berapa kali ambo jelaskan materi yang satu itu? Kenapa tidak terekam di otak kau mpuang?” bagi orang yang tidak kuat mental mereka akan menangis bahkan mungkin akan terkena TRAUMA!, tapi aku tidak. Kalau dia bilang begitu pasti aku akan tersenyum dan berkata “i’m sorry sir”, dan dia akan tersenyum atau tertawa dan bekata “ya sudah, go on”.

Tidak terasa sudah beberapa pertemuan kami dengan bapak tersebut, dan semua orang juga sudah memahami sifat dosen berkaca mata itu. Pada suatu waktu, ketika perkuliahan sudah selesai dan satu persatu para mahasiswa berangsur meninggalkan kelas bapak itu memanggilku. “Ada apa pak?” tanyaku lalu beliau memberikanku sebuah buku. Buku tulis dengan cover yang tebal di lapisi semacam kulit berwarna hitam. Aku sempat kaget, kenapa bapak tiba tiba memberiku sebuah buku. Akhirnya ku ambil buku itu dan berterima kasih. Hari itu mood ku langsung meningkat  seratus persen. Thank you, sir.

Waktu itu cuaca sedang tidak bersahabat, setelah panas berkepanjangan akhirnya hujan. Melihat cuaca yang seperti itu mendadak ruanganpun di penuhi oleh atmosfir yang suram, semua orang keliatan tidak siap untuk menerima ilmu. Bapakpun begitu, jadi dia memutuskan untuk membuka sesi sharing saja. Dia mulai bercerita tentang zamanketika ia kuliah dulu. Dia alumni dari kampus kami juga. Dia berkuliah pada zaman –seingat saya- reformasi, dan studinya sempat tertunda di karnakan ia ikut berperang dan akhirnya di jebloskan ke penjara. Bahkan ia sempat akan di hukum mati karna ketahuan ikut berperang. Pada saat itu ia hanya bisa pasrah. Namun pada akhirnya ia terselamatkan karna ia mengetahui bahwa pemimpin yang menangkapnya itu sedang tergila gila pada bahasa inggris, dan karena dia mahir berbahasa inggris ia pun di minta untukmengajari sang pemimpin dan akhirnya terbebas dari hukuman mati.

Dua semester sudah berlalu. Di akhir semester ia berkata mungkin kami tidak akan berjumpa dengannya di semester depan. Ia ingin cuti sementara waktu. Ia ingin menikmati hidupnya, ia ingin terhindar dari kesibukan untuk beberapa waktu. Jujur, aku sangat kecewa akan tetapi beliau tentunya sangat berhak mendapatkan liburan. Aku berharap beberapa semester ke depan akan bisa bertemu dan akan merasa sangat senang apabila beliau bersedia mengajar kami.

Ada perasaan sedikit kecewa dalam hatiku. Di akhir pertemuan kami bercerita banyak, akan tetapi saya izin ingin pulang cepat kendati waktu tu saya ada urusan. Bapak tiu berkata “kenapa kok kau ingin cepat pulang nantilah” begitu katanya jika bisa aku akan menunda urusan ini, jadi aku minta izin beberapa kali tapi bapak tidak menyahut dan untuk terakhir kali aku minta izin baru lah bapak memberiku izin. Setelah hari itu seseorang teman bercerita kalau pada saat itu bapak bercerita hal yang sangat berguna. Dia membicarakan hal itu dengan satu org saja, seperti bicara dari hati ke hati tapi  itu bukan denganku! Perkataan yang terkesan egois memang , hanya saja bapak kan sudah melarangku untuk pulang cepat. Itulah hal  yang ku sesali sampai sekarang, tapi apa boleh buatkan. Yang pasti sekarang aku hanya berharap bapak bisa kembali mengajari kami seperti dulu.

Aku share salah satu fotonya ya..



And that is him............

Proud of you, sir.

Udahan dulu yuk cyin, sampai jumpa lagi.

Semoga bermanfaat dan menghibur.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar