Holla!
Kali ini Mimo kepengen bahas tentang dosen nih.
Bagi yang udah atau sekarang lagi ngejalanin kuliah pasti punya kesan
tersendiri sama dosen kan? Nah, Mimo punya cerita tentang dosen yang sangat
Mimo kagumi.
Dosen ini termasuk orang yang sederhana dan disiplin. Dia pria yang sudah terbilang
lanjut usia, udah kepala delapan! Rambutnya saja sudah putih semua, tapi dia masih sanggup ngajar. Bahkan tidak jarang
dia menggunakan sepeda saat ke kampus. Aku suka sama perkuliahan yang di
ajarkannya. Cara ngajarnya unik. Ntahlah, waktu terasa cepat kalau udah belajar
sama dosen satu itu.
Ciri khas-nya adalah accent minang nya itu. Cara dia manggil semua mahasiswanya, mulai
dari ‘kau’, ‘mpuang’, dll. Mungkin bagi orang yang tidak kenal sm bapak itu
pasti mengira kalau cara bapak ini kasar. Hanya saja saya sudah tertarik sama
bapak ini, bahkan sebelum belajar dan bertemu langsung dengan orangnya.
Ceritanya dulu itu ada seorang dosen
perempuan yang bercerita tentang bapak dosen yang asik itu. Sejak itu aku selalu
penasaran seperti apa rasanya, dan akhirnya di semester selanjutnya aku di ajar
oleh bapak itu.
Kenyataan ternyata berbanding terbalik dengan
yang semua orang pikirkan. Di awal pertemuan semua orang dibikin tegang. Mereka
bilang bapak itu dosen killer,tapi
menurutku ga begitu. Aku yakin ada hal yang menarik di balik gaya pak dosen
tersebut, dan benar saja setelah beberapa kali pertemuan semua yang belajar
dengannya merasa enjoy.
Aku terkadang membuat beberapa kesalahan saat
belajar dengannya, dan dia selalu bilang “kau! Kalau kau salah lagi ku lempar
kau keluar!’’ atau “mpuang, sudah berapa kali ambo jelaskan materi yang satu
itu? Kenapa tidak terekam di otak kau mpuang?” bagi orang yang tidak kuat
mental mereka akan menangis bahkan mungkin akan terkena TRAUMA!, tapi aku
tidak. Kalau dia bilang begitu pasti aku akan tersenyum dan berkata “i’m sorry sir”, dan dia akan tersenyum
atau tertawa dan bekata “ya sudah, go on”.
Tidak terasa sudah beberapa pertemuan kami dengan
bapak tersebut, dan semua orang juga sudah memahami sifat dosen berkaca mata
itu. Pada suatu waktu, ketika perkuliahan sudah selesai dan satu persatu para
mahasiswa berangsur meninggalkan kelas bapak itu memanggilku. “Ada apa pak?”
tanyaku lalu beliau memberikanku sebuah buku. Buku tulis dengan cover yang tebal di lapisi semacam kulit
berwarna hitam. Aku sempat kaget, kenapa bapak tiba tiba memberiku sebuah buku.
Akhirnya ku ambil buku itu dan berterima kasih. Hari itu mood ku langsung meningkat
seratus persen. Thank you, sir.
Waktu itu cuaca sedang tidak bersahabat,
setelah panas berkepanjangan akhirnya hujan. Melihat cuaca yang seperti itu
mendadak ruanganpun di penuhi oleh atmosfir yang suram, semua orang keliatan
tidak siap untuk menerima ilmu. Bapakpun begitu, jadi dia memutuskan untuk
membuka sesi sharing saja. Dia mulai
bercerita tentang zamanketika ia kuliah dulu. Dia alumni dari kampus kami juga.
Dia berkuliah pada zaman –seingat saya- reformasi, dan studinya sempat tertunda
di karnakan ia ikut berperang dan akhirnya di jebloskan ke penjara. Bahkan ia
sempat akan di hukum mati karna ketahuan ikut berperang. Pada saat itu ia hanya
bisa pasrah. Namun pada akhirnya ia terselamatkan karna ia mengetahui bahwa
pemimpin yang menangkapnya itu sedang tergila gila pada bahasa inggris, dan
karena dia mahir berbahasa inggris ia pun di minta untukmengajari sang pemimpin
dan akhirnya terbebas dari hukuman mati.
Dua semester sudah berlalu. Di akhir semester
ia berkata mungkin kami tidak akan berjumpa dengannya di semester depan. Ia
ingin cuti sementara waktu. Ia ingin menikmati hidupnya, ia ingin terhindar
dari kesibukan untuk beberapa waktu. Jujur, aku sangat kecewa akan tetapi
beliau tentunya sangat berhak mendapatkan liburan. Aku berharap beberapa
semester ke depan akan bisa bertemu dan akan merasa sangat senang apabila
beliau bersedia mengajar kami.
Ada perasaan sedikit kecewa dalam hatiku. Di
akhir pertemuan kami bercerita banyak, akan tetapi saya izin ingin pulang cepat
kendati waktu tu saya ada urusan. Bapak tiu berkata “kenapa kok kau ingin cepat
pulang nantilah” begitu katanya jika bisa aku akan menunda urusan ini, jadi aku
minta izin beberapa kali tapi bapak tidak menyahut dan untuk terakhir kali aku
minta izin baru lah bapak memberiku izin. Setelah hari itu seseorang teman
bercerita kalau pada saat itu bapak bercerita hal yang sangat berguna. Dia
membicarakan hal itu dengan satu org saja, seperti bicara dari hati ke hati
tapi itu bukan denganku! Perkataan yang
terkesan egois memang , hanya saja bapak kan sudah melarangku untuk pulang
cepat. Itulah hal yang ku sesali sampai
sekarang, tapi apa boleh buatkan. Yang pasti sekarang aku hanya berharap bapak
bisa kembali mengajari kami seperti dulu.
Aku share
salah satu fotonya ya..
And
that is him............
Proud
of you, sir.
Udahan dulu yuk cyin, sampai jumpa lagi.
Semoga bermanfaat dan menghibur.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar